Cari Blog Ini

Senin, 07 Oktober 2013

pembelajaran matematika kontekstual



PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL (CTL)
MATA KULIAH : MATEMATIKA 2



 





 OLEH 

 

1.      DWI HARSONO                                   125200005
2.      WAWAN SEPTIAWAN                          125200019
3.      PAMUNGKAS GIGIH DWI. S            125200024
4.      MIKI HARI PRADIPTA                      125200032


PROGDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO





PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL (CTL)

A.      Pengertian Pembelajaran Matematika Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dengan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan (Nurhadi,2002:1). Pendekatan ini mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Maka pembelajaran matematika kontekstual adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Beberapa ciri khas dalam pembelajaran matematika kontekstual, antara lain, sebagai berikut:
1.      Titik awal proses pembelajarannya adalah penggunaan masalah berkonteks kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada dalam alam pikiran siswa.
2.      Pembelajaran ini menghindari cara mekanik yaitu berfokus pada prosedur penyelesaian soal.
3.      Siswa diperlakuakn sebagai peserta aktif dengan diberi keleluasaan menemukan sendiri atau mengembangkan alat, model dan pemahaman matematis melalui penemuan dengan bantun guru atau diskusi bersama teman.



B.       Kunci Dasar Pembelajaran Kontekstual
The Northwest Regional Education Laboratory USA (dalam Asikin, 2003) mengidentifikasi adanya 6 kunci dasar yang menentukan kualitas dari pembelajaran konteksatual, yaitu:
1.      Pembelajaran bermakna
Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di masa mendatang.
2.      Penerapan pengetahuan
Jika siswa mampu memahami apa yang dipelajari maka siswa mendapat menerapkannya dalam tatanan kehidupan.
3.      Berpikir tingkat tinggi
Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
4.      Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kepada standar
Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja.
5.      Responsif terhadap budaya
Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik.
6.      Penilaian autentik
Berbagai macam strategi penilaian digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang sesungguhnya meliputi: penilaian proyek dan kegiatan siswa, dan panduan pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menilai pembelajaran mereka sendiri.
C.      Metode dan Setrategi dalam Pembelajaran Kontekstual
Dalam pelaksanaannya rancangan pembelajaran mengacu pada :
1.      Pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke yang sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks,
  1. Pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pengoptimalan media yang mengarah pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial.
Pembelajaran matematika kontekstual dapat menggunakan beberapa media antara lain:
  1. LKS berkarakteristik CTL
LKS ini merupakan pendukung pelaksanaan pembelajaran. Pengerjaan LKS ini dilaksanakan secara kelompok. Media ini dibuat sebagaimana LKS yang sudah ada tapi berkarakteristik CTL, dimana siswa diarahkan untuk melakukan penemuan (inquiry) dan pemecahan masalah (problem solving).
2.      Kartu masalah
Media ini berupa kartu yang mencantumkan masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan penggunaan materi yang diajarkan. Penggunaan kartu ini dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan ruang, dan lingkungan belajar siswa tanpa menghilangkan esensinya. 
3.      Lingkungan belajar
Penggunaan lingkungan belajar merupakan salah satu solusi dari keterbatasan prasarana belajar. Pada pelaksanannya digunakan beberapa benda yang ada di kelas sebagai media dan alat peraga. Penggunaannya dikaitkan dengan penggunaan LKS. Beberapa benda yang digunakan antara lain: meja, buku tulis, pigura dan lain-lain yang dimanfaatkan siswa.
D.      IMPLIKASI
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Tujuh komponen tersebut adalah:
1.      Contructivism (Kontruktivisme)
Proses pembelajaran mengarahkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Sedangkan guru bertugas untuk memfasilitasi sehingga pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa
2.      Inquiry (Menemukan)
Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.
3.      Questioning (Bertanya)
Bertanya merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara informatif untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya akan mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses pembelajaran.
4.      Learning Community (Masyarakat belajar)
Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan teman atau orang lain (Nurhadi,2002:15).

5.      Modelling (Pemodelan)
Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu maksudnya adalah adanya model yang ditiru.
6.      Reflection (Refleksi)
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima (Nurhadi,2002:18).
7.      Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran mengenai perkembangan belajar siswa (Nurhadi,2002:19). Penilaian yang dilakukan bukan hanya karena bisa menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas, tapi juga kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut authenthic. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain: proyek kegiatan dan laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis.
E.  KESIMPULAN
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran cooperative tipe contextual teaching and learning (CTL) akan dapat memberikan konstribusi dan sebagai salah satu strategi yang tepat dalam penyampaian materi yang melibatkan siswa secara aktif tanpa kesan bahwa matematika itu sulit dan kaku.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Ketujuh komponen tersebut membangun kerangka berfikir, dimulai dari fakta, data dan konsep. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika akan membantu siswa dan guru mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.

Senin, 10 Juni 2013

makalah penjaskes



GERAK DASAR FUNDAMENTAL




OLEH:

NAMA         : WAWAN SEPTIAWAN
NIM             : 125200019
KELAS        : 1A   

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO 2012/2013

tentang sertifikasi

Pelaksanaan Sertifikasi Guru merupakan salah satu wujud implementasi dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tahun 2013 merupakan tahun ketujuh pelaksanaan sertifikasi guru yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007.Perbaikan penyelenggaraan sertifikasi guru terus dilakukan dari tahun ke tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Penyelenggaraan sertifikasi guru tahun 2013 ada beberapa perubahan baik mekanisme penyelenggaraan maupun proses penetapan peserta. Perubahan mekanisme penyelenggaraan, yaitu disampaikannya modul/bahan ajar lebih awal kepada peserta PLPG sebelum mengikuti PLPG. Perubahan pada proses penetapan peserta, yaitu penetapan peserta dilaksanakan setelah selesai uji kompetensi dan uji kompetensi diikuti seluruh guru yang belum bersertifikat pendidik dan telah memenuhi persyaratan, perangkingan dilakukan oleh sistem yang terintegrasi dengan data base NUPTK dan dipublikasikan secara online, penetapan sasaran/kuota berdasarkan keseimbangan usia dan keadilan proporsional jumlah peserta antar provinsi.

A.    Prinsip Sertifikasi Guru
1.   Berkeadilan, semua peserta sertifikasi guru ditetapkan berdasarkan urutan prioritas usia, masa kerja, dan pangkat/golongan. Guru yang memiliki rangking atas mendapatkan prioritas lebih awal daripada rangking bawah.
2.   Objektif, mengacu kepada kriteria peserta yang telah ditetapkan.
3.  Transparan, proses dan hasil penetapan peserta dilakukan secara terbuka, dapat diketahui semua pihak yang berkepentingan.
4.   Kredibel, proses dan hasil penetapan peserta dapat dipercaya semua pihak.
5.  Akuntabel, proses dan hasil penetapan peserta sertifikasi guru dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik. 

B.    Aspek kompetensi yang diujikan
1.    Kompetensi Pedagogik (30%)
        Standar kompetensi pedagogik sesuai dengan Permendiknas sebagai berikut:
a. Mengenal karakteristik dan potensi peserta didik
b. Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif
c. Merencanakan dan mengembangkan kurikulum
d. Melaksanakan pembelajaran yang efektif
e. Menilai dan mengevaluasi pembelajaran
2.    Kompetensi Profesional (70%)
a. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif
c. Konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance:
    - Teks, konteks, & realitas
    - Fakta, prinsip, konsep dan prosedur
    - Ketuntasan tentang penguasaan filosofi, asal-usul, dan aplikasi ilmu